RSS

Category Archives: Notes from Utsman bin Affan class

Surat Cinta Ostin

Surat cintaku yang pertamaa.. #ehh 🙂

Dua purnama telah berlalu, perpisahan dengan kelas Utsman menjadi sad moment bagiku. Ahh, mereka ini benar-benar luar biasa. Pagi itu, setelah memarkirkan motor..terdengar sayup-sayup suara anak memanggil namaku. Nampak mba Ostin dari lantai 2 melambaikan tangannya. Sebuah bingkisan disodorkannya padaku, di atasnya ada selembar surat…

To: Bu Aeni

Assalamu’alaykum, terimakasih telah berbagi ilmu dengan saya dan murid kelas Utsman yang lain. Bu guru adalah orang pertama yang melerai permasalahan antar murid kelas tiga utsman, sebagai tanda terimakasih, saya berikan hadiah ini untuk bu Aeni. Semoga hadiah ini bermanfaat untuk bu guru, tapi hadiah ini belum cukup untuk tanda terimakasih selama ini. tidak terasa sekarang saya dan murid yang lain sudah kelas empat. Semoga bu guru sehat dan sukses selaku, aamiin. Demikian dari saya

Wassalamu’alaykum…

By:Ostin

Ostin

Ostin

Haiiish… meleleh gw, pengen terharu.. ^__^

 
 

Jagoan Futsalku

CIMG0900Pagi ini sinar mentariMu menyapa dengan lembut, menyentuh wajahku dengan begitu hangatnya. Pasca meliburkan diri sehari karna jasad tak mau diajak kompromi, jum’at inipun kembali ke sekolah. Dan, pagi ini pun melihat senyuman mereka membuat setetes bahagia singgah di hati. Setelah story morning usai, tatapanku terhenti pada sosok muram sang jagoan futsal kelas Utsman.

“Mas Arya kenapa, pagi-pagi udah manyun”, sapaku.

“Kok kemarin ngga berangkat bu?, aku kan bawa gitarnya”, jawabnya.

“Bu Guru minta ma’af mas, kemarin ngga bisa berangkat. Bu guru sakit”.

“Bu Guru jangan sakit yaa, yang sehat”. Tatapannya sempurna mengarah padaku.

Hari kemarin memang kita berencana mau bernasyid bersama, dia dengan semangatnya menawarkan diri untuk membawa gitar, meski ia berkata belum mahir main gitar. Yah, ada sepotong rasa sesal di hati, membuatnya kecewa. Permintaan ma’af ku sekarang mungkin ia terima tapi tak bisa menggantikan rasa kecewanya kemarin. Masih teringat jelas dalam memory, kala awal bertemu dengannya. Saat awal menjadi shadow teacher  akhir semester dua lalu, di kelasnya. Kala itu, kau adalah anak pindahan baru dari kota pesisir. Entah mengapa, dulu kau dikenal istimewanya karena enggan menulis, suka main sendiri dan hobi jailmu yang kerap membuat teman-temanmu menangis. Jujur, keistimewaanmu ini membuatku tertarik dan penasaran. BacaLengkap

 
 

Nyatakan Sayangmu!!!

 love-130v“Seandainya kita hanya mempunyai sisa waktu lima menit untuk mengatakan semua yang ingin kita katakan, setiap telepon umum pasti akan penuh dengan orang-orang yang saling menelepon untuk mengatakan bahwa mereka saling mencintai”

Saat membaca penggalan kalimat tersebut, hati ini seraya mengiyakan, benar. Eh ini bukan kalimat dalam roman picisan ataupun novel romantis, tapi ini ada dalam  buku parenting lho.. karya lamanya mba Ifa Avianty, judulnya Anakku Sahabatku’.

Dalam bukunya, mba Ifa mengungkapkan sepenggal kisah perjalanan cintanya bersama sang putra tercinta. Ketika ia rasa sayang itu menguat tatkala diam-diam ia memandangi si kecil saat tertidur, dan membisikkan kata-kata cinta dan pujian padanya. Ketika ia tak jemu-jemunya mengungkapkan rasa cintanya pada Akna, sang buah hati tercinta “Selamat pagi cintaku, matahariku, pelangiku”. Begitu ungkapnya saat menyambutnya di setiap pagi.  Dan ternyata, Akna yang mulai tumbuh menjadi besar tak melupakan itu semua. Ia mulai mencatat ungkapan sayang sang bunda, bukan pada buku atau selembar kertas, tapi ia mencatat  jauh dalam hatinya.

Naah, jadi jangan segan-segan untuk menyatakan rasa sayang kita pada anak-anak. Dari pengalaman saya, apa yang mba Ifa ungkapkan memang benar. Buatlah golden moment pada masing-masing anak. Tidak harus di dalam kelas tatkala pelajaran sedang berlangsung, justru saat-saat santailah waktu yang lebih tepat. Pernah suatu ketika saya sengaja menemani waktu istirahat seorang anak yang dikenal mudah emosi dan memiliki rasa sensitif yang tinggi. Di awal semester 1 dulu, ia kerap berantem berujung pada drama tangis bahkan mogok sekolah pun pernah. Saat dia sedang sendirian, sayapun duduk di sebelahnya.

“Mas Eda, gmn kabar Om Budi?”, tanyaku pelan.

“Om Budi udah ngga di semarang”. Jawabnya singkat.

Om Budi adalah orang yang dikaguminya. Dialah orang yang menggantikan sosok ayahnya selama ini. Pembicaraanpun mulai mengalir lancar.

“Mas Eda tau ngga kalau bu guru sayang sama mas Eda? Tapi, bu guru sedih kalau mas Eda melakukan hal yang ngga baik”.

“iyya Bu..”, jawabnya polos.

“Mas Eda sayang ngga sama bu guru?, Mas Eda sayang atau sayang banget sama ibu di rumah?, Mas Eda sayang Om Budi kan?”  tanyaku.

“Iya sayang”,

“Kira-kira Ibu sama Om Budi sedih atau sedih banget kalau liat mas Eda berantem? atau Mainan sendiri pas pelajaran?”, lanjutku.

“Sedih Bu..”.

Obrolan itu diakhiri dengan menyatunya jari kelingking dan jempol kita, tanda janji. Dia mau belajar untuk berubah. MasyaAllah, di suatu kesempatan bertemu ibunya saat sekolah tlah usai. Sang ibu menceritakan bahwa suatu ketika anak semata wayangnya minta ma’af dan bilang sayang pada padanya.

anakku shbtku

Satu lagi yang sebaiknya jangan lupakan adalah home visit . Karena dengan home visit  inilah makin lengkaplah informasi tentang si anak. Semakin banyak info maka makin mudah kita memahami kondisi anak. Dan mencari celah untuk masuk ke dunianya. Saya yakin tiap anak memilikinya. Misalnya, ia suka ketika sedang dinasihati sambil kepalanya di usap, atau ia akan lebih suka ketika kita memiliki frame yang sama tentang suatu hal, ngga usah segan atau malu main bersamanya.  Pokoknya cari pintu masuk ke hati mereka. Dapatkan sensasinya, selamat bersahabat dengan anak..

#menuju Golden moment berikutnya

 

My Student awesome

Photo0794Namanya kaka, dia anak yang unik. Unik banget deh pokoknya, Ia memiliki kognitif yang bagus, hobinya menggambar, menggambar pesawat tempur, tank, dan apapun yang beraroma war. Anak sholeh yang memiliki cita-cita menjadi pilot pesawat tempur ini, tidak pandang waktu untuk menyalurkan hobinya. Semua buku-bukunya tak luput dari goresan art nya. Pernah suatu ketika ku membagi lembar kerja padanya ia dengan penuh semangat menyambut lebaran putih berisi soal-soal ulangan. Terlihat ia termenung sejenak, aku kira sedang memikirkan jawaban soal, tapi berapa detik kemudian ia membalikan lembar soal dan mulai menuangkan tinta hitamnya pada halaman putih itu.

Hari ini, hari kedua dalam semester 2. Kamis pagi, renyah dengan celotehan mereka. Selepas kelas hafalan dan istirahat dimulailah aktivitas sesuai planning sebelumnya “membuat tekad”. Mereka boleh menuangkan apa saja kata penyemangat dan menambah gambar sesuai keinginan mereka dalam selembar kertas. Akupun mulai membagikan kertas putih A4 satu per satu. Dan merekapun mulai asyik dalam imajinasinya masing-masing [sungguh bikin hati ini berbunga-bunga]. Suasananya nyaman sekali, akupun mulai membuka mushaf dan menemani mereka dengan lantunan Ayat suciNya. Sesekali mereka bertanya dan menunjukan karya setengah jadinya. Persis setengah juz bacaanku, Kaka datang membawa kertas putih setengah full berwarna biru. Rupanya dia menulis kata “lebih semangat belajar dan beribadah” diatas sebuah kapal pesiar mewah. “Bu, gambarku jelek”, katanya singkat sambil menunjukan karyanya. “Kata siapa jelek, bagus ini..coba diselesaiin dulu”, jawabku. Ia pun kembali ke mejanya. Perlahan kututup mushafku, dan melangkah ke arahnya. Baca lengkap

 
 

Biarkan aku cemburu padamu [tetes cinta di kelas Utsman]

Kelas menulis pagi ini membuatku termenung kembali, anak-anak mulai mengeluarkan buku diarynya. Tema kali ini tentang pahlawanku. Bertepatan dengan hari pahlawan yang sebentar lagi tiba. Merekapun mulai menuliskan siapa pahlawan versi mereka, tulisan boleh dalam bentuk cerita, dongeng ataupun puisi. Mereka mulai asyik dalam imajinasinya masing-masing, sesekali candaan terlontar dari sudut kelas, haagh… mereka telah sempurna memikatku…

Daaan, ini dia salah satu hasil goresan pena mereka. Puisi yang nyaris membuat air mataku luber dikelas. Mungkin bagi kalian ini puisi biasa, tapi tidak bagiku. Puisi ini benar-benar membuka kembali sayatan luka dihati. lanjutbaca

 
1 Comment

Posted by on November 8, 2012 in Notes from Utsman bin Affan class

 

Tetes-tetes kisah di kelas Utsman

[episode : aku sayang ummi]

Image          Suatu kali di kelas Utsman, saya bertanya pada anak-anak… siapa yang sayang sama ibu di rumah??[sambil mengangkat tangan kanan ke atas].  Sontak ramai bersahut-sahutan menyuarakan dirinya sayang ibu. Meski ada pula yang hanya jadi penggembira menampilkan wajah berbinar penuh arti. Kisah pun berlanjut dengan sekilas menggambarkan pengorbanan seorang ibu ketika mengandung, melahirkan dan saat-saat merawat kita. Terlihat beberapa anak sedang menceritakan pengalaman tentang ibunya pada teman sebelahnya. Selanjutnya kita menonton video ummi yang backsong nya bunda by. Melly guslow, saya membacakan teks pada video tersebut… anak-anak pun menatap dengan seksama pada LCD screen di depan mereka. Perlahan ku tatap satu persatu wajah mereka, hingga tatapan ini berhenti di pojok kiri depan pada sosok anak laki-laki yang terlihat menangis penuh haru menonton tayangan yang sedang kita tonton bareng-bareng. Dengan kepala yang disandarkan diatas sedekap tangan diatas meja, air mata mengalir tanpa penghalang. Tak ada sekaan tangan, ia biarkan air mata itu mengalir begitu saja. Hingga menjelang video usai, teman-temannya sudah riuh menggodanya yang menangis. Ia pun perlahan mengusap tetesan air mata di pipinya.

          Tiba-tiba ingatanku jauh melayang pada memori 4 tahun silam, saat menjadi mahasiswa baru yang baru, saat ikut smile 1 [training dasar SKI UKMF JM Al Ishlah]. Malam menjelang subuh pasca sholat qiyamul lail  saat video ini di tayangkan panitia, aku tak bisa menahan deras air mata yang mengalir begitu saja, serasa terhipnotis oleh tayangan itu, begitu merasuk kalbu. Belum sampai habis video diputar akupun undur diri ke belakang, membasuh muka yang telah diguyur gerimis air mata. Selang beberapa pekan agenda ini usai, seorang mba kos menyodorkan kembali video ini. Karena kemarin belum nonton hingga selesai, maka aku pun mulai memutar video itu. Tak usah ditanya lagi, kembali gerimis dari pelupuk mata tak bisa dihindari. Ibu…meski peluh tersayat sepi, gerimis hati menemani tiap langkah diri ini, kala mengingatmu ibu… Ibu.. you are number one for me [kayak judul lagunya MZ], Luv U coz Allah 🙂